Senin, 04 Oktober 2021

Cerita Anak Ulat Bulu


Ulat Bulu

oleh: Andi Dwi Handoko
Dimuat Solopos Minggu, 10 Juli 2011 , Halaman : VI

Siang begitu terik. Koko dan Kiko gres saja pulang dan sekolah. Mereka saudara kembar yang sekolah di tempat yang serupa. Karena jarak rumah dan sekolah mereka cuma erat, mereka hanya jalan kaki. Setiba di rumah, mereka tak lantas masuk ke dalam. Mereka duduk-duduk dahulu di bawah pohon mangga di halaman rumah sambil minum es teh bungkus. Sungguh nikmat rasanya, minum es teh di bawah rindangnya pohon dan ditemani semilir angin sepoi-sepoi di tengah cuaca yang panas.

Kiko yang bersandar di pohon mangga datang-tiba tersentak terkejut . Ada sesuatu yang merayap di lengannya.

“Apa ini?” teriak Kiko.

Koko galau menyaksikan tingkah saudara kembarnya itu. Dia segera mencari tahu apa penyebabnya. Ternyata ada seekor ulat bulu yang merayap di lengan Kiko. Bukannya membantu, Koko justru menertawakan Kiko.

Tapi Kiko bukanlah anak yang penakut dan cengeng. Setelah tahu jika yang merayap di lengannya adalah ulat bulu, dia pun mencari patahan ranting dan menyingkirkan ulat itu dari lengannya. Ulat bulu itu jatuh ke tanah. Ulat bulu tersebut berwarna cokelat dan tubuhnya dipenuhi dengan bulu-bulu halus.

Koko dan Kiko pun mencari tahu dari mana asal ulat bulu tersebut. Ternyata ulat bulu itu berasal dari pohon mangga daerah mereka berteduh. Ada berbagai ulat bulu yang melekat di pohon, ranting, dan dedaunan. Bukannya menghindari ulat bulu, mereka malah bermain-main dengan ulat bulu tersebut. Mereka bahkan mengambil ulat bulu tersebut dan menakut-nakuti Adisty dan Laura yang baru saja pulang sekolah. Adisty dan Laura yang takut dan geli kepada ulat bulu, eksklusif lari terbirit-birit. Sedangkan Koko dan Kiko malah tertawa terpingkal-pingkal.

Ibu Koko dan Kiko yang mendengar bunyi gaduh, secepatnya keluar rumah.

“Heh...Koko dan Kiko, kalian jangan bermain ulat bulu!”

“Enggak kok Bunda, “jawab Koko dan Kiko sembari mencampakkan ulat bulunya.

“Kalian jangan pembangkang mirip itu. Ulat bulu mampu membuat tubuh kalian gatal. Ayo, cepat basuh tangan kalian dengan sabun dan ganti baju!” “Iya Bun..” jawab mereka hampir serentak.

Setelah basuh tangan, ganti baju dan makan siang, mereka masih ingin tau dengan ulat bulu yang ada di pohon mangga. Ulat itu jumlahnya sungguh banyak tidak mirip biasanya. Tiba-datang saja Koko mempunyai ide yang menurutnya mempesona. Koko mengajak Kiko untuk mengambil dua ekor ulat bulu untuk dipakai sebagai permainan. Kiko pun menurutinya.

“Tapi nanti kalau ketahuan Bunda bagaimana?” tanya Kiko.

“Kita bermainnya di dalam kamar saja. Pasti Bunda tidak tahu.”
“Oke jikalau begitu, namun dua ulat itu mau kita apakan?”
“Pokoknya ada deh. Nanti aku beri tahu kalau sudah ada di kamar.”

Mereka pun menenteng dua ekor ulat ke dalam kamar mereka.
“Nah, sekarang kita tabrak balap kedua ulat bulu ini,” kata Koko sehabis hingga di kamar.

“Wah, niscaya menarik ini!” kata Kiko antusias.

“Ayo, pilih ulat jagoanmu! Garis ubin itu tanda batas lintasan balapnya. Ulat yang sampai di pangkal dinding, berarti itu yang menang,” kata Koko.

“Oke! Ayo kita mulai!” Mereka pun memulai permainan balap ulat bulu. Mereka pun bangga, tetapi tidak hingga berteniak-teriak sebab takut ketahuan ibunya. Namun, beberapa menit kemudian. Kegembiraan mereka terganggu. Badan mereka gatal-gatal. Di tangan mereka timbul bintul-bintul merah dan sungguh gatal.

Karena tidak tahan gatal, Koko dan Kiko menangis. Ibunya datang memberi pemberian. Karena bintul-bintulnya menyebar ke beberapa bab tubuh, mereka pun diperiksakan ke dokter biar bintulnya cepat hilang dan sembuh. Koko dan Kiko mesti minum obat, padahal mereka sangat tidak senang dengan obat. Tetapi mereka mesti meminumnya biar gatalnya sembuh.

“Makanya kalian itu harus menurut pesan yang tersirat Bunda. Diberi tahu bila jangan bermain ulat. Eh, kalian malah nekat bermain ulat bulu. Nah, ini karenanya. Badan kalian gatal-gatal dan mesti minum obat,” hikmah ibunya.

“Maafkan Koko, Bunda! Koko menyesal. Koko tidak akan mengulanginya lagi,” ucap Koko.

“Kiko juga minta maaf, Bunda,” tambah Kiko.