Sabtu, 09 Oktober 2021

Sapaan Anda

Beberapa waktu yang lalu, dalam suatu perkuliahan sobat aku bertanya terhadap dosen. Pertanyaan itu cukup jelas, akan namun dosen memerintahkan mahasiswa tersebut mengulangi pertanyaannya sampai berulang kali. Ternyata dosen tidak mempermasalahkan substansi pertanyaan tersebut. Dosen mempermasalahkan kata sapaan yang digunakan sobat aku, yaitu “menurut Anda”. Menurut dosen, kata sapaan “Anda” tidak tepat jika diucapkan oleh mahasiswa terhadap dosen.

Jika kita telaah, kata “Anda” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) memiliki arti sapaan untuk orang kedua dengan tidak membedakan tingkat, kedudukan, dan umur. Pada penggunaanya, memang benar kata sapaan “Anda” lebih halus dan sopan digunakan untuk menyapa orang kedua daripada memakai “Kamu” atau “Engkau”. Akan namun, berdasarkan pemahaman dari KBBI di atas, sapaan “Anda” memang tidak sempurna bila diucapkan oleh mahasiswa terhadap dosen. Dalam konteks perkuliahan, strata mahasiswa jelas berada di bawah dosen. Untuk itu, mahasiswa lebih sempurna jikalau menggunakan sapaan “Bapak” untuk menyapa dosennya. Jika dosennya yakni perempuan maka dapat memakai sapaan “Ibu”.

Contoh penggunaan kata sapaan “Anda” salah satunya yakni untuk menyapa orang yang gres dikenal. Ketika berkenalan, seseorang biasanya belum paham wacana status atau kedudukan orang yang diajak berkenalan. Pemilihan jenis kata sapaan dipengaruhi oleh konteks seperti kebiasaan masyarakat, budbahasa kesantunan, atau situasi dan kondisi percakapan. Penggunaan kata sapaan yang tepat, akan memilih nilai bahasa yang tepat dengan konvensi penduduk .

Penggunaan kata sapaan “Anda", “Kamu”, “Engkau”, dan “Bapak” pada dasarnya mempunyai arti sama, yakni sebagai kata ganti orang kedua. Akan namun dalam penggunaan kata-kata sapaan tersebut, seseorang harus memperhatikan kepada siapa kata sapaan itu diberikan. Dengan mencermati fenomena di atas, mampu dikenali bahwa bahasa, dalam hal ini adalah Bahasa Indonesia memiliki tingkatan bahasa. Hal ini mengingatkan pada ciri bahasa Jawa, adalah adanya tingkat tutur bahasa seperti ngoko dan krama.

Andi Dwi Handoko

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP UNS Solo,