Sabtu, 09 Oktober 2021

Analisis Wacana Tekstual Dan Kalimat Imperatif Pada Lirik Lagu Laskar Pelangi Karya Kelompok Musik Nidji

Analisis Wacana Tekstual dan Kalimat Imperatif pada Lirik Lagu Laskar Pelangi Karya Kelompok Musik Nidji


Oleh: Andi Dwi Handoko

Abstrak

Tulisan ini akan menganalisis lagu Laskar Pelangi. Lagu Laskar Pelangi adalah salah satu lagu yang terdapat dalam album Ost. Laskar Pelangi. Album Ost. Laskar Pelangi yakni album yang berisi beberapa lagu selaku pengisi dalam film Laskar Pelangi yang disutradarai oleh Riri Riza. Lagu Laskar Pelangi adalah hasil refleksi dari novel karya Andrea Hirata. Lirik lagu Laskar Pelangi mampu mengungkapkan pesan dalam novel tersebut. Pesan-pesan dalam lagu ini tertuang dalam teks-teks atau kalimat yang mengandung tuturan imperatif. Lagu ini akan dianalisis secara tekstual dan mengklasifikasikan bentuk-bentuk kalimat imperatif. Analisis ihwal tekstual dalam lagu ini mencakup analisis aspek gramatikal dan leksikal. Aspek gramatikal mencakup pengacuan (reference), penyulihan (subtitution), pelesapan (ellipsis), dan perangkaian (conjungtion). Aspek leksikal mencakup repetisi (pengulangan), sinonimi (padan kata), kolokasi (sanding kata), hiponimi (korelasi atas bawah), dan antonimi (lawan kata).

Kata kunci: ihwal, tekstual, gramatikal, leksikal, imperatif


A. Pendahuluan

Nidji yakni band dengan komposisi enam orang awak yang berasal dari Jakarta. Grup musik tersebut terdiri atas Giring (vokal), Rama dan Ariel (gitar), Adrie (drum), Andro (bass), dan Randy (keyboard). Nama Nidji ialah penyempurnaan dari kata niji yang diambil dari bahasa Jepang yang bermakna pelangi. Nidji mampu diartikan selaku ikatan warna dan desain lagu yang mencerminkan warna musik mereka yang beragam (Wikipedia, 2009).

Konsep musik yang dianut Nidji ialah modern rock yang menggabungkan bagian-bagian lain, mirip progresif, funk, alternatif dan pop. Nidji terbentuk pada tahun 2002. Pada tahun 2005 mereka mengawali prestasi yang prestisius dengan mengeluarkan album perdana, ialah Breakthru’. Setelah sukses dengan album perdana tersebut, pada tahun 2007 Nidji kembali melucurkan album gres bertajuk Top Up. Album kedua ini pun mendapat respon yang kasatmata dari penduduk . Nidji juga menerima akta Platinum untuk lagu-lagunya

Pada tahun 2008, Nidji menjadi Lead-Band di album kompilasi Ost. Laskar Pelangi dengan lagu berjudul Laskar Pelangi. Lagu Laskar Pelangi yaitu representasi dari sebuah novel karya Andrea Hirata. Novel ini yaitu salah satu novel yang fenomenal. Novel ini lalu dijadikan sebuah film dengan judul yang sama yakni Laskar Pelangi. Film ini disutradarai oleh Riri Riza. Untuk mendukung keutuhan film Laskar Pelangi, maka diciptakan album Ost. Laskar Pelangi. Lagu Laskar Pelangi karya kelompok musik Nidji adalah salah satu lagu yang terdapat dalam album lagu tersebut
Lagu Laskar Pelangi tersebut secara tidak eksklusif merangkum seluruh pesan dalam novel. Novel Laskar Pelangi adalah novel yang sangat menggugah wangsit pembaca. Pesan utamanya adalah mengajak orang untuk berani berkhayal dan berjuang untuk membuat mimpi itu terwujud. Setiap orang niscaya mampu mewujudkan mimpinya apapun hambatan yang dihadapi.

Nidji bisa membuat lirik dan lagu untuk mengungkapkan pesan dalam novel tersebut. Lagu tersebut bersifat riang, penuh rasa optimis, mengagungkan persahabatan, dan bisa menyulut semangat pantang mengalah. Nuansa religius pun terangkum dalam lagu tersebut. Pesan-pesan dalam lagu ini tertuang dalam teks-teks atau kalimat yang mengandung tuturan imperatif. Lagu ini pun dapat disantap dari berbagai kelompok dan usia. Banyak nilai pendidikan, motivasi, dan pesan yang terangkum dalam lagu ini, maka lagu ini pantas jika digolongkan ke dalam salah satu lagu pendidikan dan patut dicermati serta dianalisis. Selain itu, lirik lagu juga ialah salah satu jenis wacana yang mempunyai struktur. Oleh alasannya adalah itu, penulis tertarik untuk menganalisis lirik lagu Laskar Pelangi secara tekstual dan mengklasifikasikan bentuk-bentuk kalimat imperatif dalam lagu tersebut.

B. Pendekatan dan Kajian Teori

Pendekatan yang dipakai untuk menganalisis lagu Laskar Pelangi ini yaitu pendekatan tekstual. Analisis tekstual yaitu analisis tentang yang bertumpu secara internal pada teks yang dikaji (Sumarlam, ed., 2008:87). Analisis ihwal tekstual mempunyai dua lingkup penganalisisan yakni analisis faktor gramatikal dan leksikal.

Aspek gramatikal perihal menitikberatkan pada segi bentuk dan struktur lahir suatu tentang. Aspek gramatikal wacana mencakup pengacuan (reference), penyulihan (subtitution), pelesapan (ellipsis), dan perangkaian (conjungtion). 

Pengacuan atau tumpuan yakni salah satu jenis kohesi gramatikal yang berupa satuan lingual lain yang mendahului atau mengikutinya (Sumarlam, ed., 2008:23). George Yule (2006:27) mengungkapkan acuan sebagai sebuah langkah-langkah di mana seorang penutur, atau penulis, memakai bentuk linguistik untuk memungkinkan seorang pendengar atau pembaca mengetahui sesuatu. Berdasar pada tempatnya, pengacuan dibedakan menjadi pengacuan endofora dan pengacuan eksofora. Pengacuan dibilang endofora bila acuannya berada di dalam teks wacana tersebut, sedangkan eksofora bila acuannya berada di luar teks perihal. Pengacuan endofora berdasarkan arah pengacuan dibedakan menjadi pengacuan anaforis dan kataforis. Dalam aspek gramatikal terdapat tiga jenis pengacuan, yaitu pengacuan persona, demonstratif, dan komparatif.

Penyulihan ialah salah satu jenis kohesi gramatikal yang berupa penggantian satuan lingual tertentu dengan satuan lingual lain dalam suatu tentang dengan tujuan memperoleh komponen pembeda. Substitusi atau penyulihan dibagi menjadi empat macam, yaitu (1) substitusi nominal, (2) substitusi mulut, (3) substitusi frasal, dan (4) substitusi klausal (Sumarlam, ed., 2008:28).

Pelesapan atau elipsis yakni sebuah gaya yang berwujud menetralisir suatu bagian kalimat yang dengan gampang dapat diisi atau ditafsirkan sendiri oleh pembca atau pendengar, srhingga struktur gramatikal atau kalimatnya menyanggupi acuan yangberlaku (Gorys Keraf, 2004:132).

Perangkaian atau konjungsi adalah salah satu jenis kohesi gramatikal yang dijalankan dengan cara menghubungkan unsur yang satu dengan komponen yang lain dalam perihal (Sumarlam, ed., 2008:32).
Aspek leksikal wacana menitikberatkan pada segi makna atau struktur batin sebuah perihal. Dalam hal ini, aspek leksikal tentang bertumpu pada kekerabatan secara semantis. Aspek leksikal perihal mencakup repetisi (pengulangan), sinonimi (padan kata), kolokasi (sanding kata), hiponimi (relasi atas bawah), antonimi (musuh kata), dan ekuivalensi (kesepadanan).

Repetisi ialah pengulangan suara, suku kata, kata atau bagian kalimat yang dianggap penting untuk memberi tekanan dalam suatu konteks yang tepat (Gorys Keraf, 2004:127). Selanjutnya Gorys Keraf (2004:127-128) membagi repetisi menjadi delapan macam, yaitu epizeuksis, tautotes, anafora, epistrofa, simploke, mesodiplosis, epanalepsis, dan anadiplosis.

Sinonimi yakni sebuah istilah yang mampu dibatasi sebagai (1) telaah perihal beragam kata yang mempunyai makna yang serupa, atau (2) kondisi di mana dua kata atau lebih mempunyai makna yang sama (Gorys Keraf, 2004:34). Berdasarkan wujud satuan lingualnya, sinonimi dapat dibedakan menjadi lima macam, yaitu (1) sinonimi antara morfem (bebas) dan morfem (terikat), (2) kata dengan kata, (3) kata dengan frasa atau sebaliknya, (4) frasa dengan frasa, dan (5) klausa/kalimat dengan klausa/kalimat (Sumarlam, ed., 2008:39).

Antonimi atau lawan kata yakni kekerabatan antar makna yang wujud logisnya sangat berbeda atau berlawanan (Gorys Keraf, 2004:39). Antonimi juga disebut oposisi makna. Berdasarkan sifatnya, oposisi makna dibedakan menjadi lima macam, yakni (1) oposisi mutlak, (2) oposisi kutub, (3) oposisi kekerabatan, (4) oposisi hirarkial, dan (5) oposisi beragam. 

Kolokasi atau sanding kata ialah asosiasi tertentu dalam menggunakan opsi kata yang condong dipakai secara berdampingan (Sumarlam, ed., 2008:44). Hiponimi yaitu semacam korelasi antar kata yang berwujud atas-bawah (Gorys Keraf, 2004:38). Ekuivalensi adalah relasi kesepadanan antara satuan lingual tertentu dengan satuan lingual lainnya dalam suatu paradigma (Sumarlam, ed., 2008:46).

Analisis lagu Laskar Pelangi ini di dalamnya juga akan mengidentifikasi dan mengklasifikasikan bentuk-bentuk wacana imperatif yang terkandung dalam lirik lagu tersebut. Kalimat imperatif ialah kalimat yang mengandung maksud memerintah atau meminta biar mitra tutur melakukan sesuatu sebagaimana yang dikehendaki penutur (R. Kunjana Rahardi, M. Hum, 2005:79). R. Kunjana Rahardi (2005:79) membagi kalimat imperatif dalam Bahasa Indonesia menjadi lima macam, yakni (1) kalimat imperatif biasa, (2) kalimat imperatif permintaan, (3) kalimat imperatif pemberian izin, (4) kalimat imperatif seruan, dan (5) kalimat imperatif suruhan.

C. Deskripsi Lirik Lagu

Berikut disajikan data berbentuklirik lagu Laskar Pelangi secara utuh untuk memudahkan penulis dalam menganalisis juga dapat memudahkan perujukan, Penyajian lirik lagu ini yakni penyuguhan utuh mirip dalam lagu yang bantu-membantu. Jadi, penyuguhan ini tidak ada penghilangan lirik karena pengulangan.
1 mimpi yaitu kunci
2 untuk kita menaklukkan dunia
3 berlarilah tanpa letih
4 hingga engkau meraihnya
5 Laskar Pelangi takkan terikat waktu
6 bebaskan mimpimu di angkasa
7 warnai bintang di jiwa
8 menarilah dan terus tertawa
9 walau dunia tak seindah nirwana
10 bersyukurlah pada Yang Kuasa
11 cinta kita di dunia
12 selamanya
13 cinta terhadap hidup
14 menunjukkan senyuman awet
15 walau hidup kadang tak adil
16 tetapi cinta lengkapi kita
17 Laskar Pelangi takkan terikat waktu
18 jangan berhenti mewarnai
19 jutaan mimpi di bumi
20 menarilah dan terus tertawa
21 walau dunia tak seindah surga
22 bersyukurlah pada Yang Kuasa
23 cinta kita di dunia
24 menarilah dan terus tertawa
25 walau dunia tak seindah nirwana
26 bersyukurlah pada Yang Kuasa
27 cinta kita di dunia
28 selamanya
29 selamanya
30 Laskar Pelangi takkan terikat waktu

D. Analisis Tekstual Lirik Lagu Laskar Pelangi

Lirik lagu Laskar Pelangi yakni salah satu bentuk teks, sehingga lirik lagu tersebut mampu dikaji atau dianalisis secara tekstual. Seperti sudah disampaikan sebelumnya, bahwa analisis tekstual ialah analisis sebuah tentang secara internal. Artinya, dalam analisis ini, hal yang akan menjadi objek analisis ialah lirik lagu Laskar Pelangi.
Analisis lirik lagu Laskar Pelangi ini mencakup analisis aspek gramatikal dan aspek leksikal.

1. Analisis Aspek Gramatikal

Aspek gramatikal ihwal dalam analisis lagu Laskar Pelangi ini cuma meliputi pengacuan (reference), penyulihan (subtitution), pelesapan (ellipsis), dan perangkaian (conjungtion).

a. Pengacuan (reference)
Dalam aspek gramatikal terdapat tiga jenis pengacuan, adalah pengacuan persona, demonstratif, dan komparatif. Dalam analisis lirik lagu Laskar Pelangi ini, cuma terdapat satu jenis pengacuan, yakni pengacuan persona.
Pada lirik lagu Laskar Pelangi terdapat tiga jenis pengacuan persona, ialah pronomina pertama jamak, pronomina kedua tunggal, dan nomina. Pengacuan persona pronomina pertama jamak dapat diamati pada kutipan lirik lagu berikut.
(1) untuk kita menaklukkan dunia 2
(2) cinta kita di dunia 11,23,dan 27
(3) namun cinta lengkapi kita 16
Penggunaan kata kita pada kutipan (1), (2), dan (3) ialah pronomina persona pertama jamak bentuk bebas. Kata kita pada lirik lagu tersebut juga ialah pengacuan eksofora alasannya yang diacu berada di luar teks, yaitu mengacu pada penulis syair lagu dan pendengar lagu.
Pronomina kedua tunggal pada lirik lagu Laskar Pelangi ini ditunjukkan dengan penggunaan engkau dan bentuk terikat lekat –mu dan dapat ditunjukkan pada kutipan lirik berikut.
(4) sampai engkau meraihnya 4
(5) bebaskan mimpimu di angkasa 6
Engkau (4) merupakan pronomina persona kedua tunggal bentuk bebas. Pengacuan tersebut termasuk ke dalam jenis pengacuan eksofora alasannya yang diacu berada di luar teks, ialah mengacu pada pendengar lagu. Pengacuan yang berupa –mu (5) memperlihatkan pronomina persona kedua tunggal bentuk terikat. Pengacuan –mu termasuk ke dalam jenis pengacuan eksofora karena yang diacu berada di luar teks, yakni pendengar lagu.
Pengacuan nomina tampakpada penggunaan bentuk terikat lekat kanan –nya mirip terlihat pada kutipan (6).
(6) sampai engkau meraihnya 4
Penggunaan kata ganti –nya (6) pada kutipan (6) mengacu pada kata mimpi yang terdapat di lirik lagu paling atas. Pengacuan tersebut termauk ke dalam jenis pengacuan endofora alasannya yang diacu berada di dalam teks, ialah kata mimpi.

b. Penyulihan (subtitution)
Dalam lirik lagu Laskar Pelangi terdapat penyulihan. Penyulihan ini terjadi pada kata dunia yang lalu diganti dengan kata bumi.
(7) cinta kita di dunia 11
(8) jutaan mimpi di bumi 19

c. Pelesapan (ellipsis)
Pelesapan atau penghilangan satuan lingual tertentu sering digunakan para pencipta lagu untuk tujuan estetika. Lagu Laskar Pelangi juga memuat lirik-lirik yang mengalami pelesapan. Pelesapan dalam lagu tersebut mampu didapatkan pada kutipan-kutipan berikut.
(9) mimpi adalah Ø kunci 1
- mimpi yakni suatu kunci
(10) Ø berlarilah tanpa Ø lelah 3
- oleh alasannya adalah itu, berlarilah tanpa rasa letih
(11) Laskar Pelangi tØakØkan Ø terikat waktu 5,17, dan 30
- Laskar Pelangi tidak akan pernah terikat waktu
(12) Ø bebaskan Ø mimpimu di angkasa 6
- oleh karena itu, bebaskan semua mimpimu di angkasa
(13) Ø warnai bintang di jiwa 7
- dan warnai bintang di jiwa
(14) Ø bersyukurlah pada Ø Yang Ø Kuasa 10,22, dan 26
- serta bersyukurlah pada Tuhan Yang Maha Kuasa
(15) Ø cinta Ø kita di dunia Ø 11,23, dan 27
- yang telah menganugerahi cinta pada kita di dunia ini
(16) Ø selamanya 12,28, dan 29
- untuk selamanya
(17) cinta Ø terhadap hidup 13
- cinta kita kepada hidup
(18) Ø menunjukkan senyuman baka 14
- akan menunjukkan senyuman awet
(19) walau Ø hidup kadang tØak adil 15
- walaupun hidup kadang tidak adil
(20) tetapi Ø cinta Ø Ølengkapi Ø kita 16
- namun kekuatan cinta mampu melengkapi kehidupan kita
(21) jangan Ø berhenti mewarnai 18
- jangan pernah berhenti mewarnai

d. Perangkaian (Conjungtion)
Bentuk perangkaian terdapat dalam lirik lagu Laskar Pelangi. Terdapat tiga bentuk perangkaian atau konjungsi, adalah konjungsi untuk yang memperlihatkan perangkaian tujuan, konjungsi walau yang menunjukkan perangkaian konsesif, dan konjungsi tetapi yang menggambarkan perangkaian kontradiksi. Tiga bentuk konjungsi tersebut mampu dilihat pada kutipan berikut.
(22) untuk kita menaklukkan dunia 2
(23) walau dunia tak seindah nirwana 9, 21, dan 25
(24) walau hidup kadang tak adil 15
(25) tetapi cinta lengkapi kita 16

2. Analisis Aspek Leksikal

Aspek leksikal tentang menitikberatkan pada segi makna atau struktur batin sebuah tentang. Aspek leksikal perihal dalam lirik lagu Laskar Pelangi mencakup repetisi (pengulangan), sinonimi (padan kata), kolokasi (sanding kata), hiponimi (kekerabatan atas bawah), dan antonimi (musuh kata).

a. Repetisi (Pengulangan)
Wacana berbentuklagu sering didapatkan bentuk repetisi di dalamnya, terutama repetisi bait atau refren. Pada lagu Laskar Pelangi ditemukan repetisi bait yakni pada larik 8-11 yang diulang pada lagi pada larik 20-23dan 24-27. Bait tersebut dapat dilihat sebagai berikut.
(26) menarilah dan terus tertawa
walau dunia tak seindah surga
bersyukurlah pada Yang Kuasa
cinta kita di dunia
Pengulangan larik pun didapatkan pada lirik lagu tersebut dan mampu dicontohkan selaku berikut.
(27) Laskar Pelangi takkan terikat waktu 5
Larik di atas yang berada dikutipan nomor 5 dan diulang lagi pada kutipan 17 dan 30.
(28) selamanya 12
Larik di atas berada dikutipan nomor 12 dan diulang lagi pada kutipan 28 dan 29.
Pengulangan kata pada lirik lagu tersebut dapat dijabarkan selaku berikut.
(29) mimpi yakni kunci 1
(30) bebaskan mimpimu di angkasa 6
(31) jutaan mimpi di bumi 19
Data tersebut memperlihatkan bahwa kata mimpi diulang-ulang pada beberapa lirik dalam lagu Laskar Pelangi.
(32) untuk kita menaklukkan dunia 2
(33) walau dunia tak seindah nirwana 9, 21,dan 25
(34) cinta kita di dunia 11, 23, dan 27
Data tersebut menunjukkan bahwa kata dunia diulang-ulang pada beberapa lirik dalam lagu Laskar Pelangi.
(35) cinta kita di dunia 11, 23, dan 27
(36) cinta terhadap hidup 13
(37) namun cinta lengkapi kita 16
Data tersebut menawarkan bahwa kata cinta diulang-ulang pada beberapa lirik dalam lagu Laskar Pelangi.
(38) untuk kita menaklukkan dunia 2
(39) cinta kita di dunia 11, 23, dan 27
(40) namun cinta lengkapi kita 16
Data tersebut memberikan bahwa kata kita diulang-ulang pada beberapa lirik dalam lagu Laskar Pelangi.
(41) cinta terhadap hidup 13
(42) walau hidup kadang tak adil 15
Data tersebut memberikan bahwa kata hidup diulang-ulang pada beberapa lirik dalam lagu Laskar Pelangi.

b. Sinonimi (padan kata)
Sinonimi ialah salah satu faktor leksikal yang mendukung kepduan wacana. Sinonimi berfungsi sebagai penjalin relasi makna yang seimbang antara satuan lingual tertentu dengan satuan lingual lain dalam ihwal.
Lagu Laskar Pelangi menampung dua sinonimi, yakni sinonimi morfem dan sinonimi kata.
(43) sampai engkau meraihnya 4
(44) bebaskan mimpimu di angkasa 6
Pada acuan di atas, morfem (bebas) engkau bersinonim dengan morfem (terikat) –mu.
(45) Selamanya 12, 28, dan 29
(46) menawarkan senyuman infinit 14
Pada teladan di atas, kata selamanya bersinonim dengan kata awet.

c. Kolokasi (sanding kata)
Kolokasi dalam sebuah wacana berguna untuk mendukung kepaduan ihwal. Dalam lagu Laskar Pelangi juga terdapat pola kolokasi.
(47) bebaskan mimpimu di angkasa 6
(48) warnai bintang di jiwa 7
Pada teladan di atas, terlihat pemakaian kata angkasa dan bintang. Kedua kata tersebut saling berkolokasi dan mendukung kepaduan lirik lagu.

d. Hiponimi (korelasi atas bawah)
Di dalam lirik lagu Laskar Pelangi juga dapat ditemukan unsur leksikal hiponimi. Contoh penggunaan hiponimi dalam lirik lagu ini mampu diamati pada kutipan berikut.
(49) bebaskan mimpimu di angkasa 6
(50) walau dunia tak seindah surga 9,21,dan 25
(51) cinta kita di dunia 11,23, dan 27
(52) jutaan mimpi di bumi 19
Pada pola tersebut, kata dunia menjadi hipernim, sedangkan kata angkasa dan bumi menjadi hiponim sebab angkasa dan bumi yakni bagian dari dunia.

e. Antonimi (musuh kata)
Di dalam lirik lagu Laskar Pelangi juga dapat didapatkan komponen antonimi. Contoh penggunaan antonimi dalam lirik lagu ini dapat diamati pada kutipan berikut.
(53) menarilah dan terus tertawa 8, 20, dan 24
(54) jangan berhenti mewarnai 18
Pada contoh tersebut, kata terus berantonim dengan kata berhenti . Antonimi dalam kutipan lirik lagu tersebut mampu diklasifikasikan sebagai bentuk oposisi mutlak.

E. Kalimat Imperatif pada Lirik Lagu Laskar Pelangi

Kalimat imperatif ialah kalimat yang mengandung maksud memerintah atau meminta semoga kawan tutur melaksanakan sesuatu sebagaimana yang diharapkan penutur. Wujud kalimat imperatif dalam suatu perihal sangat beragam, mulai yang terasa halus hingga bernafsu. Kalimat imperatif dapat pula berkisar pada suruhan untuk melakukan sesuatu hingga dengan larangan untuk melaksanakan sesuatu.
Lirik Lagu Laskar Pelangi ialah sebuah wujud tentang yang sarat amanat. Kalimat imperatif dapat dihubungankan dengan sifat persuasif. Oleh alasannya itu, di dalam lirik lagu ini sering ditemukan wujud kalimat imperatif. Contoh penggunaan kalimat imperatif dalam lirik lagu ini dapat diperhatikan pada kutipan berikut.
(55) berlarilah tanpa lelah 3
(56) bebaskan mimpimu di angkasa 6
(57) warnai bintang di jiwa 7
(58) menarilah dan terus tertawa 8
(59) bersyukurlah pada Yang Kuasa 10
(60) jangan berhenti mewarnai 18

Pada beberapa kutipan tersebut, kutipan nomor (55) hingga dengan nomor (59) mengindikasikan suatu kalimat suruhan kasatmata. Kalimat suruhan nyata tersebut ditandai dengan penggunaan kata berimbuhan ialah berlarilah, bebaskan, warnai, menarilah, dan bersyukurlah. Pada kutipan nomor (60), kata jangan berhenti mengindikasikan suatu kalimat suruhan negatif. Jadi, semua kutipan di atas mampu diklasifikasikan selaku kalimat imperatif suruhan.

Penggunaan kalimat imperatif dalam lirik lagu Laskar Pelangi bukanlah tanpa fungsi. Kalimat imperatif dalam lirik lagu ini berfungsi untuk menekankan makna dan pesan lagu. Lagu Laskar Pelangi banyak menampung hikmah-pesan tersirat konkret yang diwujudkan dengan bentuk kalimat imperatif. Kalimat imperatif bersifat persuasif sehingga pesan yang berbentuk kalimat imperatif akan mudah diterima oleh pendengar lagu. Kalimat imperatif dalam lagu ini juga diwujudkan dengan penggunaan kalimat-kalimat yang halus. Dengan demikian, pesan-pesan yang terdapat dalam lagu berkesan tidak menghakimi pendengarnya.

F. Penutup

Lagu Laskar Pelangi ialah salah satu lagu yang populer dari kalangan musik Nidji. Lagu ini tergabung dalam album Ost. Laskar Pelangi yang ialah refleksi dari novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata yang fenomenal. Lagu ini mengandung pesan-pesan yang mampu memotivasi seseorang.
Lirik lagu Laskar Pelangi merupakan salah salah satu jenis perihal yang memiliki struktur. Analisis tekstual lagu laskar pelangi meliputi analisis gramatikal dan leksikal. Berdasar pada analisis gramatikal, di dalam lirik lagu Laskar Pelangi ditemukan beberapa faktor gramatikal, yaitu pengacuan (reference), penyulihan (subtitution), pelesapan (ellipsis), dan perangkaian (conjungtion). Dalam analisis secara leksikal, lirik lagu Laskar Pelangi mengandung beberapa aspek leksikal, yaitu repetisi (pengulangan), sinonimi (padan kata), kolokasi (sanding kata), hiponimi (hubungan atas bawah), dan antonimi (lawan kata).

Di dalam lirik lagu Laskar Pelangi terdapat beberapa kalimat imperatif. Kalimat imperatif memiliki kegunaan untuk menekankan makna dan pesan yang terkandung dalam lirik lagu. Kalimat imperatif bersifat persuasif sehingga pesan yang berupa kalimat imperatif akan gampang diterima oleh pendengar lagu. Kalimat imperatif dalam lagu Laskar Pelangi juga diwujudkan dengan penggunaan kalimat-kalimat yang halus. Selain itu, penggunaan kalimat imperatif dalam lirik lagu Laskar Pelangi mendukung lagu ini selaku lagu pendidikan dan lagu yang mampu memotivasi pendengarnya.


Daftar Pustaka

George Yule. 2006. Pragmatik. Terjemahan Indah Fajar Wahyuni. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Gorys Keraf. 2004. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Http://id.wikipedia.org/wiki/Nidji, diakses pada tanggal 27 Desember 2009.

R. Kunjana Rahardi. 2005. Pragmatik Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Sumarlam. Ed. 2008. Teori dan Praktik Analisis Wacana. Surakarta: Pustaka Cakra.