![]() |
| oleh: Andi Dwi Handoko |
“Dunia hiburan kini sedang diramaikan gosip tentang Ustadz Solmed yang hendak melangsungkan ijab kabul dengan seorang pemain sinetron.” Memang tokoh yang bernama orisinil Shaleh Mahmud ini sedang naik daun dan menjadi sorotan publik selesai-tamat ini. Namun, tulisan di sini tidak akan mengupas wacana tentang tokoh yang populer humoris dan gaul dalam acara-acara agama di televisi ini. Penulis akan mencoba mengupas penggunaan kata ustadz pada kalimat pertama di atas.
Kata ustadz sering dipakai untuk menyebut seorang pria yang hebat di bidang agama. Secara wajar, barangkali orang-orang tidak akan mempermasalahkan kata ustadz dalam kalimat di atas. Penulis sering mendapatkan penggunaan kata ustadz di sekolah-sekolah atau di masjid. Penulisan kata ustadz mungkin sudah diyakini benar oleh beberapa orang sehingga penggunaan sering didapatkan di kehidupan sehari-hari. Namun, penulisan ustadz ternyata salah karena tidak baku dan menyalahi hukum perembesan bahasa.
Penulisan yang benar dan baku yaitu ustaz. Kata ustaz ialah hasil serapan dari bahasa Arab. Kata ustadz tidak baku karena konsonan < dz > tidak dikenal dalam tata cara ejaan bahasa Indonesia. Di dalam kaidah ejaan bahasa Indonesia, abjad zal dari bahasa Arab diubah menjadi abjad z dalam bahasa Indonesia sehingga yang benar bukanlah ustadz, melainkan ustaz.
Aturan ini juga berlaku untuk penulisan ustadzah yang masih sering ditulis oleh banyak orang. Sesuai hukum di atas, penulisan yang sempurna yakni ustazah. Aturan ini berlaku untuk semua kata yang diserap dari bahasa Arab. Contoh kasus yang lain ialah penggunaan kata adzan. Dalam siaran televisi, penulis masih sering menemukan kata adzan. Kata ini terperinci tidak baku, dan yang baku adalah azan. Dengan mengerti aturan absorpsi bahasa, dibutuhkan masyarakat mampu memakai kata-kata yang baku dan sempurna.
Andi Dwi Handoko
Alumnus Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP UNS Solo. Penulis lepas dan staf pengajar suatu lembaga panduan belajar di Karanganyar. HP 085642035330.
Dimuat di rubrik Bahasa Kita Solopos, Kamis 3 November 2011
