Selasa, 05 Oktober 2021

Dongeng Anak Trofi Puisi

pagi sekali Nilam berangkat ke sekolah karena ada tugas piket kebersihan Cerita Anak Trofi puisi

Trofi Puisi


oleh: Andi Dwi Handoko

Pagi-pagi sekali Nilam berangkat ke sekolah sebab ada tugas piket kebersihan. Sesampai di sekolah, situasi masih sepi.

Ketika Nilam berjalan menuju kelasnya, sekilas Nilam melihat ada sebuah pengumuman yang tertempel di papan pengumuman. Ternyata itu adalah pengumuman kontes deklamasi puisi antarsekolah dasar tingkat kecamatan.

Tak berapa lama, Nila dikagetkan dengan kehadiran Bu Risty yang datang-datang menyapa Nilam.

“Selamat pagi Nilam!”

“Se…selamat pagi Bu Risty,” jawab Nilam agak kaget.

“Nggak usah kaget, Bu Risty bukan hantu kok! Pagi sekali datangmu?”

“Iya Bu. Hari ini saya ada acara piket kebersihan. Makara, berangkat lebih pagi. Eh, alasannya datang terlalu pagi, aku baca-baca pengumuman lomba ini dulu.”

“Nilam terpesona ikut lomba deklamasi itu?”

“Lumayan tertarik Bu.”

“Kok lumayan? Harus ikut dong! Nilam kan jago deklamasi puisi. Kalau kau kesengsem, nanti waktu istirahat kau temui Ibu di kantor ya! Bu Risty yang mengoordinasi siswa yang hendak ikut lomba itu.”

“Baik Bu.”

Setelah Nilam mencar ilmu selama tiga jam pelajaran, bel istirahat pun berbunyi. Nilam segera menuju ke kantor guru menemui Bu Risty untuk mengenali lebih terang perihal pengumuman kontes yang dibacanya tadi. Bu Risty yaitu guru mata pelajaran Bahasa Indonesia di sekolah Nilam.

“Bagaimana Nilam? Mantap untuk ikut kontes tersebut?”

“Iya Bu.”

“Baiklah, kau isi formulir pendaftaran ini. Nanti Bu Risty yang hendak mengirim formulir ini ke panitia lomba. Kamu latihan yang tekun supaya menang.”

“Judul puisinya apa Bu?”

“Oya, puisi wajibnya berjudul “Doa” karya Chairil Anwar, kemudian puisi bebasnya terserah kau baca puisi ciptaan semua orang.”

“Puisi ciptaan sendiri boleh Bu?”

“Boleh. Itu malah cantik. Persiapkan ya! Lomba diadakan minggu depan.”

“Baik Bu Risty.”

Waktu sepekan digunakan Nilam untuk rajin latihan deklamasi. Ketika bangun tidur, beliau latihan olah vokal dan pernapasan semoga suaranya lebih jelas dan nyaring. Nilam tak segan-segan mengkonsumsi kencur mentah. Kata ibunya, kencur dapat membuat mutu suaranya menjadi baik. Ia pun telah menyiapkan satu puisi untuk dideklamasikan selaku puisi bebas di kontes itu.

Akhirnya waktu lomba pun sudah tiba. Hanya Nilam satu-satunya siswa yang mewakili sekolahnya untuk ikut dalam lomba tersebut. Nilam tiba ke daerah lomba dengan ibunya. Bu Risty pun ikut mengantarkan Nilam. Setelah daftar ulang, Nilam menerima nomor urut 20 dari 30 peserta.

Setelah menunggu usang, Nilam pun dipanggil panitia untuk maju mendeklamasikan puisi. Tak ada rasa ragu dalam hati Nilam. Ia mendeklamasi puisi “Doa” karya Chairil Anwar dengan perenungan yang dalam. Suaranya pun terdengar mantap dan mimiknya terlihat meresapi makna puisi tersebut. Selanjutnya Nilam membacakan puisi bebas, yaitu puisi ciptaannya sendiri.

Aku Ingin Seperti Ibu karya Nilam Estetika Dewi,” Nilam mulai membaca puisinya.

Puisi dan deklamasi Nilam sungguh elok. Karena terlalu menghayati puisinya, air mata menetes dari mata Nilam. Begitu juga ibunya, beliau terlihat menangis gembira atas deklamasi puisi yang diciptakan Nilam sendiri. Tepuk tangan riuh menandai berakhirnya deklamasi dari Nilam.

Deklamasi dari 30 akseptor pun telah usai. Saatnya juri menentukan pemenangnya. Salah satu juri bangkit bersiap membacakan pengumuman pemenang lewat pengeras suara. Semua peserta lomba tampak tegang.

“Hasil lomba deklamasi hari ini. Juara I dicapai oleh….Ni…Nisa Praticia…Juara II diraih oleh…Wahyu Pramuditya, dan juara III dicapai oleh…Nilam Estetika Dewi.”

Tepuk tangan terdengar riuh. Wajah Nilam pun tampakberbinar. Ia mampu menjadi juara III dan baru kali ini dia menerima trofi juara. Ia mempersembahkan trofi puisinya untuk ibu tercintanya. Nilam bangga menjadi juara III. Ia tak menyesal alasannya tidak menjadi juara I, tetapi ia bertekad jika ada lomba lagi, beliau akan berusaha semaksimal mungkin untuk menjadi juara I.

“Butuh perjuangan keras untuk menggapai prestasi,” batin Nilam. - Oleh : Andi Dwi Handoko

Dimuat Solopos Edisi Minggu, 6 Maret 2011