![]() |
| oleh: Andi Dwi Handoko |
Makna sebuah ujaran tidak mutlak dan tergantung suasana dan keadaan. Situasi dan kondisi yang melingkupi suatu percakapan disebut selaku konteks bahasa. Konteks bahasa sungguh kuat kepada kelancaran tata cara komunikasi. Perbedaan konteks bahasa dapat menimbulkan makna bahasa menjadi berlawanan pula.
Misalnya pada kalimat “Operasi akan dikerjakan malam ini”. Kalimat tersebut mempunyai struktur gramatikal yang sama. Akan tetapi, kalimat tersebut dapat berbeda maknanya jika diucapkan oleh dua orang dalam situasi dan keadaan yang berbeda. Jika kalimat tersebut diucapkan oleh dokter, kalimat tersebut mengacu pada bidang kesehatan, seperti operasi jantung, operasi ginjal, operasi usus buntu, dan sebagainya. Lain halnya kalau kalimat tersebut diucapkan oleh seorang polisi. Kalimat tersebut akan mengacu pada aktivitas polisi yang akan melaksanakan suatu operasi keamanan, misalnya operasi penyakit masyarakat (Pekat).
Tanpa memperhatikan konteks bahasa, dapat terjadi kesalahpahaman dalam komunikasi. Maksud suatu ujaran dari seseorang mampu diketahui dengan menyaksikan konteks bahasa. Misalnya ada sebuah ujaran “Saya tidak mau dipanggil Pak Guru”. Dalam konteks yang berlawanan, ujaran tersebut mempunyai dua maksud. Pertama, orang yang mengucapkan ujaran tersebut tak ingindiundang dengan istilah “Pak Guru”. Kedua, orang yang mengucapkan ujaran tersebut tidak mau menyanggupi panggilan Pak Guru.
Dalam berbahasa seseorang mesti mengamati konteks bahasa semoga dapat mengerti maksud suatu kalimat atau ujaran dengan terperinci. Dengan adanya pemahaman yang terperinci tentang konteks bahasa, kecil kemungkinan terjadi kesalahpahaman antara penutur dan musuh tutur.
