Jumat, 08 Oktober 2021

Menggagas Koin Peduli Banjir

oleh: Andi Dwi Handoko
Banjir tidak cuma sekadar bencana, akan namun telah tradisi. Hampir setiap tahun di beberapa kawasan selalu diributkan dengan kasus banjir. Banjir seakan menjadi suatu potret ironi sosial.
Pasalnya, banjir tidak cuma murni gejala alam. Banjir ialah sebuah bentuk risiko yang disebabkan oleh ulah para manusia yang tak bertanggung jawab. Penggundulan hutan, penyempitan luas resapan air di hulu, dan akar-akar beton bangunan yang tak mengindahkan tata ruang kota, adalah bentuk-bentuk kecerobohan manusia. Seperti halnya di daerah Puncak Bogor.
Banyak bangunan yang dibangun untuk kenyamanan dan investasi “orang berduit”. Villa, hotel, motel, atau bahkan kedai makanan menggusur kehidupan vegetasi Puncak. Memang Puncak makin ramai dikunjungi. Akan namun, hal itu justru menciptakan penduduk kecil di Jakarta menelan ironi pahit alasannya banjir makin gila menerjang ibu kota.
Walaupun banjir dapat menerpa siapa saja, akan namun penduduk kelas menengah ke bawah selalu menjadi korban utama.
Penanganan korban banjir pasti menelan biaya yang tak sedikit. Bagaimana sekiranya kalau penggalangan dana untuk korban banjir menjiplak cara-cara tradisional yang beberapa kali berhasil dijalankan, ialah dengan penggalangan koin.
Penggunaan koin mudah mirip halnya menyumbang di kotak amal atau menabung di celengan. Koin ialah representasi bentuk keikhlasan yang sederhana dan bersifat holistik alasannya adalah rakyat kecil bahkan sampai “orang berduit” pun mampu menyumbang koin. Ada Koin Peduli Prita dan Koin Cinta Bilqis. Koin Peduli Banjir? Kenapa tidak?