Jumat, 08 Oktober 2021

Banyak Siswa Tidak Lulus

oleh Andi Dwi Handoko
Wacana penggabungan Ujian Nasional (UN) dan Seleksi Nasional Masuk PTN (SNMPTN) ialah perihal yang belum sesuai dengan konteks. Wacana tersebut akan wajar digaungkan jikalau memang UN mempunyai kredibilitas dan validitas yang tinggi.

UN mampu dianalogikan selaku api dalam sekam. Perspektif keberadaan UN masih dinilai mempunyai banyak persoalan dan tanda tanya besar. Masih aneka macam kontroversi akan adanya UN. Wacana penggabungan tersebut mampu saja menyulut api yang semula berdiam dalam sekam menjadi berkobar tak terkendali.

Penggabungan tersebut pasti memiliki tujuan kasatmata. Penggabungan UN dan SNMPTN tentu dapat meminimalisasi waktu dan biaya. Akan tetapi, bagaimana mungkin hal itu bisa terjadi, sedangkan di sisi lain eksistensi UN masih dipertanyakan. Pada dasarnya yang menjadi dilema adalah bukan tujuan UN dan SNMPTN yang selama ini dipolemikkan beberapa golongan. Mereka menilai UN berorientasi terhadap kelulusan dan SNMPTN untuk tiket masuk ke PTN. Hal tersebut bantu-membantu bukan dilema utama. Akan tetapi, yang menjadi dilema yaitu kadar soal UN dan pelaksanaannya.

Selama ini kadar soal UN dan SNMPTN berlainan. Soal SNMPTN terperinci lebih sulit dan berbobot dibandingkan dengan soal UN. UN adalah standar penentu dasar kelulusan seorang siswa. Jika soal UN harus dikredibelkan sejajar dengan soal SNMPTN, tentu akan memperbesar jumlah siswa yang tidak lulus alasannya soal menjadi lebih susah. Padahal berdasarkan pengalaman tahun-tahun sebelumnya, soal UN yang masih persyaratan saja menimbulkan banyak yang tidak lulus. Bagaimana jika dikredibelkan sejajar dengan soal SNMPTN? Bukankah hal ini justru akan menambah persoalan dengan banyaknya siswa yang tidak lulus?

Hal ini layak menjadi alasan bagi pemerintah untuk menelaah lebih lanjut wacana penggabungan tersebut. Tindakan yang perlu dijalankan pemerintah pasti adalah menata kembali metode dan kualitas pendidikan. Pelaksanaan UN yang sarat kecurangan yang mengarah ke pragmatisme pendidikan mesti diminimalisasi. Seperti itu.